"Banyak orang kehilangan pekerjaan, tapi yang lebih parah adalah kehilangan harapan."
Korupsi di Indonesia itu kayak sinetron tanpa akhir. Setiap tahun ada aja episode baru yang muncul, pelaku-pelaku baru, angka yang dirampol makin gede, tapi ending-nya? Ya gitu-gitu aja.
Baru-baru ini, kasus di PT Pertamina katanya bikin negara rugi ratusan triliun. Itu baru yang keungkap. Kalau diakumulasi dari dulu, katanya sih diperkirakan bisa nyentuh 1 kuadriliun. Gila gak sih?
Tapi di luar angka yang bikin kepala pusing, efeknya tuh lebih dari sekedar duit yang hilang. Ini bukan cuma soal negara yang rugi. Tapi ini soal rakyat kecil yang makin terjepit, harga-harga naik, lapangan kerja makin sempit, dan mental makin terkikis.Banyak yang nganggep korupsi itu ya "urusan pejabat aja", kita gak kena dampaknya langsung. Padahal, efeknya nyerang kita dari segala arah.
- Harga BBM naik, harga bahan pokok ikut meroket.
- Subsidi dikurangin, biaya sekolah makin mahal.
- Perusahaan bangkrut, PHK di mana-mana.
Dan di balik semua itu, ada rakyat yang begadang tiap malem mikirin besok bisa makan atau enggak. Anxiety? Udah pasti. Depresi? Bisa jadi.
Kita sering denger cerita bapak-bapak yang udah kerja 10 tahun tapi tiba-tiba di-PHK karena perusahaan gulung tikar. Atau ada anak muda yang lulus kuliah dengan harapan setinggi langit, tapi realitanya? Nyari kerja kayak nyari jodoh—susah banget.
Akhirnya? Banyak yang capek sebelum sempet mulai.
Salah satu hal yang bikin rakyat makin frustasi itu dunia kerja yang absurd.Coba cek lowongan kerja zaman sekarang :
"Dicari lulusan S1, usia maksimal 25 tahun, pengalaman minimal 3 tahun."
Lah? Kapan kita harus mulai kerja kalau umur kita abis buat sekolah?
Aneh banget gak sih? Kita disuruh belajar tinggi-tingginya, tapi pas lulus malah dibilang kurang berpengalaman. Udah gitu, kalo akhirnya dapet kerja pun, gaji seringnya gak sebanding sama usaha kita.
Dan di tengah semua ini, kita dituntut buat tetap bersyukur, tetap produktif, tetap bahagia.
Padahal, jujur aja...
Banyak dari kita yang lagi pura-pura kuat.
Korupsi? “Udah biasa.”
Harga naik? “Ya mau gimana lagi.”
Lowongan kerja gak masuk akal? “Namanya juga hidup, harus berjuang.”
Dikit-dikit kita disuruh nerima keadaan, disuruh bersabar, padahal yang salah bukan kita—sistemnya aja yang bobrok.
Lucunya, kita udah terlalu biasa sama semua ini.
Korupsi gede? Yaudah, paling rame sebentar terus hilang.
Harga naik? Ngomel dikit, tapi tetep bayar.
Lowongan kerja gak masuk akal? Yaudah, tetep aja daftar walaupun udah pesimis duluan.
Mungkin ini tanda kalau kita bukan cuma kehilangan uang atau pekerjaan. Tapi kita juga perlahan kehilangan sesuatu yang lebih penting: rasa percaya kalau hidup bisa lebih baik.
Dan mungkin, itu yang paling bikin capek.
-MB-
0 komentar:
Posting Komentar